Kamis, 23 September 2021

Sebuah Kisah




Sebut saja namanya Ali. Seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun yang sedang berjuang dalam menjalani kehidupannya.

Bagaimana tidak, diusianya yang masih muda, bocah Ali sudah ditinggalkan oleh ibunya yang meninggal karena sakit saat usia Ali masih 3 tahun. Jadi sudah dua tahun Ali tidak punya seorang ibu.

Dia hidup dengan ayahnya, yang bekerja sebagai pekerja lepas di salah satu perusahaan konstruksi. 

Kadang dia ditemani dengan neneknya, ibu dari ibunya, dan juga paman-pamannya saat ayahnya bekerja.

Dia memang dikelilingi oleh orang yang sayang dengannya, tapi tidak dengan perasaan Ali. 
--------------

Ali punya banyak teman. Dia senang bermain bola. Karena dia belum sekolah, jadi dia bisa bermain dari pagi, siang bahkan sore menjelang malam. 
Kalau dilihat, Ali memang sangat senang bermain bola. Tendangan nya yang begitu akurat membuatnya menjadi striker saat bermain dengan teman-temannya.
selalu terlihat dia sangat kelelahan saat bermain bola, tapi itu tidak menyurutkan dia untuk terus bermain bola.

Tapi ada satu yang sangat saya sayangkan, ucapan nya yang suka berkata kasar.

Pergaulan yang membuat dia  berubah menjadi sosok anak laki-laki yang punya sikap tidak baik. bukan, bukan karena dia kehilangan seorang ibu, tapi memang pergaulan lah yang membuat dia menjadi bocah yang bebas. 

Beberapa kali saya mendengar ucapan kasar keluar dari mulutnya, kaget sekali saat itu. Seorang bocah yang sedang berkembang harus berkata kasar atau berbicara yang sebenarnya bukan kata-kata yang seharusnya keluar dari mulut seorang bocah.

Sedih, iya memang sedih. Saya sedih melihat dia seperti itu. pendidikan apa yang keluarganya berikan pada seorang bocah kecil itu?

Memang diusia nya itu semua ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya akan terserap oleh dia. Dia melihat, dia mendengarkan, mungkin saja kata-kata kasar yang diucapkan adalah hasil dari apa yang dia dengarkan dari orang-orang terdekatnya.

Jadi siapa yang salah?

Apakah Ali yang salah?

Salahkah dia mendengarkan kata-kata kasar itu?

Ataukah orang-orang terdekat nya yang salah? 
Selalu mengucapkan kata-kata kasar dihadapan Ali?

Saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa.
Karena begitulah lingkungan yang membentuk seorang Ali.
Ali tidak bisa menutup telinga ketika orang disekitarnya mengucapkan kata-kata kasar atau Ali tidak bisa mengelak untuk tidak mau mendengarkan.

Ataukah mungkin tidak adanya sosok seorang ibu yang menutupi telinga Ali ketika orang sekitarnya mengucapkan kata kasar?

Ah, saya jadi teringat atau melihat orang-orang yang selalu menutupi telinga anaknya ketika ada orang yang sedang memaki atau mengucapkan kata kasar.
Apakah itu masalah Ali?

Otak Ali sedang berkembang. Apa yang dia dengar, apa yang dia lihat semuanya terserap kedalam otaknya dengan begitu cepat. 
Seperti spons yang mudah menyerap air, atau seperti komputer yang sedang mengisi memori nya. 

Ali bukan seorang diri, banyak Ali-ali lain yang mengalami hal seperti itu. 
Dan saya sering menyaksikan nya.

Kemudian apa yang seharusnya saya lakukan atau kita lakukan?
Apakah kita akan berdiam diri melihat anak-anak atau bocah kecil mengucapkan yang seharusnya tidak mereka ucapkan diusia mereka yang masih sangat belia.

Apa yang terjadi dengan generasi kita kalau kita berdiam diri. 

Setidaknya kita memberikan contoh kepada mereka dengan berkata baik. 

Mungkin di lingkungan Ali tidak semuanya berkata kasar, ada beberapa tetangga atau bahkan kerabat yang sangat baik dalam berucap. 

Itulah visi dan misi saya waktu saya mendirikan paud di lingkungan saya. 

Ingin membuat anak-anak disekitar mempunyai adab dan perilaku yang baik, dan punya tutur kata yang baik juga.
Tapi ternyata itu tidaklah mudah. 
Belajar di paud hanya sebentar, hanya sekitar 1 jam, karena memang mereka sulit berkonsentrasi. 
Tapi mereka tetap kembali ke keluarga dengan kondisi yang sama.
Sulit sekali untuk merubahnya kalau ternyata orangtuanya pun tidak ikut merubah karakter anak tersebut.

Ali, seorang bocah  piatu yang masih dini untuk menemukan sosok ibu baru. 
Tapi takdir yang menjadikan dia seperti itu.
Dia seperti kehilangan sosok panutan. Ayah yang menjadi tumpuan nya sangat jarang sekali membersamai nya. 

Jadilah Ali seorang diri. 
Orang yang menjaganya tidak bisa menggantikan sosok yang diidamkannya. 
Mereka hanya bisa merawat Ali secara fisik, secara lahiriah, tapi mereka tidak bisa mengisi kekosongan hatinya.
Mungkin sekarang Ali belum bisa mengerti tentang keadaan nya. Tapi beranjak besar, pasti dia akan merasakan kehilangan itu.

Saya hanya berdo'a bahwa Ali akan tumbuh menjadi sosok lelaki yang kuat, pintar, dan perilaku nya yang baik dan santun.
Aamiin

-----------
Begitulah kenyataan yang ada disekitar saya, rombongan bocah-bocah yang sedang bermain bola, berteriak, berbicara dengan kata-kata yang kasar.
Sangat mengganggu telinga.
Tapi saya tidak menjauhi mereka. Saya selalu dekati mereka dan kadang-kadang menegur apabila mereka melakukan kesalahan, tentu saja dengan cara yang santun agar mereka menghormati kita.
Semoga hal yang kecil itu bisa merubah sikap dan sifat mereka sedikit demi sedikit.
Aamiin
-----------

Alhamdulillah
-wie-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Idul Adha 1443H Bismillah Halo apa kabar sahabat semua? Semoga sahabat senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT. ...