Sabtu, 28 Agustus 2021

Review buku "jika kita tak pernah baik-baik saja" penulis Alvi Syahrin




Judul buku : Jika kita tak pernah baik-baik saja
Penulis : Alvi syahrin
Penerbit : gagas media
Genre : buku pengembangan diri
Jumlah halaman : viii + 208 halaman

Alasan

Ketika pergi ke toko buku favorit, saya menemukan buku ini di rak buku top seller. Entah kenapa saya langsung tertarik dengan buku ini. Sebenarnya ada beberapa buku dari alvi syahrin ini, tapi saya memilih buku ini terlebih dahulu, mungkin kaena situasi saya saat itu yang mengharuskan saya baca buku ini.

Buku ini adalah buku pengembangan diri, dimana penulisnya secara terperinci menjelaskan bagaimana seseorang yang terpuruk akhirnya bangkit kembali, tentu saja dengan melalui perjalanan yang tak mudah, dan di buku ini dijelaskan bagaimana tokoh yang ada di buku ini mencoba menemukan jati dirinya ketika dia sedang tidak baik-baik saja yang akhirnya menjadi baik-baik saja.

Alasan yang lain memilih buku ini karena sejatinya kita manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Wajar kalau kita merasa tidak baik-baik saja karena kita manusia yang tidak memiliki kesempurnaan. Teringat lagu dari fiersa bestari yang berjudul pelukku untuk pelikmu, yang sebagian liriknya seperti ini : 

kadangkala tak mengapa
untuk tak baik-baik saja 
kita hanyalah manusia
wajar jika tak sempurna
saat kau merasa gundah
lihat hatimu percayalah
segala seuatu yang pelik
bisa diringankan dengan peluk

Lagu itu menyadarkan saya bahwa memang kita tidak sempurna, jadi wajar kalau kita tidak baik-baik saja, jalani saja apa yang kita rasakan. 

Isi buku

Buku ini diawali dengan cerita tentang seseorang yang putus cinta. patah hati. seakan dunia berakhir. hilang semangat dan merasa kehilangan. Penulis sangatlah apik menuliskan perasaan yang sedang patah hati. Dalam bukunya dituliskan kenapa seseorang begitu egois, tidak memperdulikan perasaan orang lain. Aku ingin jadi egois. besok aku ingin egois. sehari saja. namun bagaimana kalau besok adalah hari terakhirku?
Iya, bagaimana ketika kita egois, itu adalah hari terakhir kita? Merugilah kita. 
Penulis menyadarkan saya bahwa kita butuh menjadi egois, tapi untuk apa? agar kita baik-baik saja? 
Seperti hal nya pertanyaan yang muncul di  bab. jadi, untuk apa kita bertemu? mungkin ini pertanyaan yang tidak perlu jawaban, karena kita tidak tahu apa-apa. Itulah takdir, setiap kita akan bertemu dengan seseorang tapi kita tidak tahu takdir apa yang akan terjadi antara kita dengan dirinya, kita hanya bisa berharap.

Di setiap babnya kata-kata dari penulis sangat mempengaruhi saya dan kadang-kadang saya mengiyakan. Walapun konteksnya ini adalah seseorang yang sedang patah hati, tapi ini bisa dirasakan oleh semua yang sedang mencari jati dirinya atau bahkan yang sedang menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Dan, aku berdamai dengan masa lalu
Berdamai dengan masa lalu adalah merasakan sisa rasa sakitnya sebagai konsekuensi kesalahan masa lalu
Berdamai dengan masa lalu adalah merasakan sisa rasa sakitnya sambil terus berdoa agar rasa sakit ini segera pergi
Berdamai dengan masa lalu adalah memperbaiki langkah-langkah di kemudian hari sambil merasakan rasa sakitnya
Berdamai dengan masa lalu adalah menerima realitas bahwa rasa sakit perlu dirasakan kalau mau tahu rasanya sembuh 

Saya setuju dengan ini karena memang masa lalu tidak bisa dilupakan apalagi dihilangkan tapi masa lalu adalah untuk dikenang untuk didalami apa yang menjadi hikmah di balik itu semua.

Dan akhirnya penulis di tengah-tengah bukunya menulis proses healing dari rasa kehilangan itu.
Kemudian juga penulis mengajak para pembacanya untuk merasakan atau mempertanyakan apa arti dari kebahagiaan itu, apa definisi bahagia itu? Di dalam bukunya dia menyebutkan bahwa kita menentukan standar kebahagiaan selalu tersakiti karena sempitnya standar kita.

Kemudian dia juga mempertanyakan tentang arti kebahagiaan itu apa sih?  Apakah tujuan hidup itu adalah kebahagiaan? dan ternyata dalam buku ini dijelaskan bahwa ternyata bahagia juga punya resiko katanya, kita  berpikir bahwa bahgia itulah yang kita inginkan dalam hidup ini, tapi tak ada hidup yang bahagia melulu, jadi tujuan hidup itu bukan kebahagiaan, tujuan dari kita melakukan sesuatu dalam kehidupan ini bukan hanya untuk kebahagiaan, karena memang bagian itu tidak  harus ada di setiap episode kehidupan. 
Kadangkala kita harus merasa sedih terpuruk sehingga kita tahu bahwa kita pernah jatuh, kita pernah sedih dan saat itulah ketika kita merasa bahwa kita jatuh kemudian bangkit dan muncullah rasa bahagia  itulah arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya.

Penulis mengajak pembacanya juga merenungkan bahwa tujuan hidup kita itu apa?  penulis mengutip dari ayat Al Quran surat 51 ayat 56 yang artinya "aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku". Jadi disini penulis mengingatkan kita bahwa tujuan hidup itu adalah untuk beribadah kepada Allah. Kita mencari kebahagiaan untuk sukses kemudian sukses itu malahan menjadi mimpi buruk bagi kita kemudian kita mencari kebahagiaan kekayaan tapi kita sadar uang tak pernah bersama kita bahagia,  jadi kita mencari kebahagiaan lewat apapun yang kita inginkan tidak akan bertahan lama. Jadi kebahagiaan itu pergi datang, pergi datang, sehingga  sampai dia menemukan jawaban dari Allah.


Cara bahagia di dunia yang tak membahagiakan. 
Maka, sebagaimana kamu berusaha bersabar dari takdir yang tak mengenakkan, bersabarlah pula dalam menjadi hamba Allah yang taat,  itulah cara bahagia di dunia yang tak membahagiakan. Memang kadang kita merasa bahwa ketika takdir yang buruk atau yang tidak enak menimpa,  merasa bahwa ini tidak adil, kita sudah melakukan apa-apa yang diperintahkan tapi ternyata takdir atau Allah memberikan takdir yang tidak begitu enak.
Kemudian penulis mengutip ayat Quran surat an-nahl ayat 97 yang artinya "barangsiapa mengerjakan kebajikan baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". Dari ayat ini sudah terlihat bahwa Allah akan memberikan kehidupan yang baik balasan dengan pahala yang baik jika kita menerima sesuatu yang menjadi takdir dari Allah.

Di akhir bab buku  penulis mulai mengajak kita untuk mencintai diri kita sendiri selalu mencintai dirinya sendiri. Bagaimana caranya mencintai diri sendiri?
Momen ketika kamu mencintai Allah adalah momen ketika kamu peduli terhadap dirimu sendiri 
Momen ketika kamu mencintai Allah adalah momen ketika kamu mencintai dirimu sendiri dan itu akan jadi koneksi paling indah yang pernah kumiliki setidaknya untuk dirimu sendiri.

Sebagai manusia wajar jika kita tidak pernah baik-baik saja karena roda kehidupan yang terus berputar membuat diri ini up and down, bahagia sedih, suka duka, sedih tertawa, itu adalah kehidupan yang harus kita jalani sehingga wajar jika kita merasa tidak baik-baik saja karena itulah fitrah dari seorang manusia tapi yang harus kita sadari bahwa ketika kita tidak baik-baik saja kita tidak boleh kehilangan Allah, kita tidak boleh berpegang selain kepada Allah, karena hakekatnya hanya Allah yang tahu hati kita, hanya Allah  yang tahu diri kita bagaimana kita terpuruk bagaimana kita bisa bangkit hanya Allah yang tahu, jadi ketika kita tidak baik-baik saja maka dekatkanlah  diri kita kepada Allah  sang pencipta kita dan minta petunjuknya nya
.
Di halaman terakhir penulis mengingatkan kita bahwa ketika kita ingat kepada Allah maka Allah akan menjanjikan kebahagiaan yang kekal kepada hamba yang berusaha agar dicintainya, itulah sebenar-benarnya baik-baik saja.

Hikmah

Saya akan mengutip ayat 216 surat Al-Baqarah yang artinya : "Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".

Sebaik-baiknya manusia tetap saja akan ada waktunya merasa tidak baik-baik saja. Seperti ayat di atas, bahwa kita tidak boleh membenci atau merasa bahagia akan sesuatu hal, mungkin itu adalah ujian bagi kamu. Jadi hiduplah dengan menjadi pribadi yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan apapun.

Suatu hari nanti, kamu akan menoleh ke belakang,
mengingat dirimu di masa lalu
yang menangis setiap malam sendiri di kamar, tetapi..
dirimu di masa depan akan tersenyum mengingat hari-hari itu.

Alhamdulillah
-wie-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Idul Adha 1443H Bismillah Halo apa kabar sahabat semua? Semoga sahabat senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT. ...