Minggu, 17 Oktober 2021

Tema Tantangan Menulis: Apresiasi kepada tenaga medis

 


Tema tantangan menulis minggu ini mengenai apresiasi kepada tenaga kesehatan. Siapa yang tidak pernah berhubungan dengan dokter atau perawat? Pasti semua orang pernah atau bahkan sering berhubungan atau bertemu dengan dokter atau perawat. 

Ketika ibu saya harus bolak-balik rumah sakit untuk kemoterapi, saya harus mengantar beliau, bertemu dengan perawat dan dokter yang menangani ibu saya atau ketika saya sendiri yang harus berobat, kontrol ke rumah sakit karena penyakit yang saya idap, saya berhubungan dengan mereka tenaga medis. Jadi, dokter dan perawat adalah orang yang sering saya temui saat itu. Dan terakhir tahun kemarin ketika saya melahirkan anak yang keempat.

Setelah tahu bahwa saya hamil, pasti bahagia, senang dan bersyukur. Kunjungan ke rumah sakit pun akan lebih sering untuk memeriksakan kondisi kandungan. 

Selain rasa senang, bahagia dan bersyukur ada rasa cemas terselip di hati ini saat itu. Karena kehamilan ini adalah kehamilan yang beresiko. Kenapa? Karena saya hamil di usia yang punya resiko tinggi, yaitu di usia 40 tahun dan proses melahirkan nya akan melalui operasi sesar. Dan itu adalah PR besar buat dokter kandungan untuk melakukan operasi pada ibu hamil yang usia dan kondisi rahimnya yang punya resiko tinggi. Tapi saat itu saya selalu yakin bahwa ini adalah takdir dari Allah dan Allah pasti akan melindungi saya dan bayi yang ada dalam kandungan. Juga dukungan dari keluarga menjadi penyemangat saya untuk terus positif dalam menghadapi kehamilan ini.

Setiap bulan saya pasti memeriksakan kondisi kandungan dan saya bersyukur juga mendapatkan dokter kandungan yang baik hati, sangat mengerti kondisi saya dan pastinya selalu memberikan semangat dan motivasi agar terus menjaga kandungan saya. 

Kadang beliau menjelaskan apa yang saya khawatir kan saat kehamilan ini dengan sangat hati-hati agar saya tidak merasa takut akan kehamilan ini. Saya dan suami pun sangat cocok dengan dokternya.

Memang mencari dokter yang cocok dengan hati, yang nyaman diajak bicara, berdialog, mengerti keadaan pasien itu sangatlah sulit. Kadang ada dokter yang hanya menjelaskan seadanya, tanpa memberikan kesempatan pasien untuk bertanya atau curhat akan kondisinya, dia malah sibuk mengisi data di komputer. Saya pernah mengalami itu, yang akhirnya saat keluar dari ruangan dokter itu, saya mengeluh kepada suami. Karena merasa bahwa saya bayar mahal tapi diperiksa hanya sebentar. Dan akhirnya saya tidak pergi ke dokter itu lagi. Resikonya saya harus menemukan dokter baru lagi dan pemeriksaan kembali lagi dari awal. 

Baik, kembali ke dokter kandungan saya tadi. Iya, dokter ini sangat lah baik, sangat mengerti keadaan pasien, ketika saat itu  tidak bisa kontrol ke rumah sakit karena  masih masa pandemi, dia selalu membalas WhatsApp ketika saya bertanya, memberikan konsultasi lewat WhatsApp dan dia sangat terbuka. Menjelaskan resiko ketika melahirkan secara caesar dengan kondisi rahim yang mulai menipis karena ini adalah operasi caesar yang keempat. Tapi itu semua beliau jelaskan dengan sangat hati-hati agar tidak ada rasa kekhawatiran yang berlebihan dalam diri saya.

Akhirnya waktu lahiran tiba. Saya pun bersiap untuk menyambut buah hati. Dan yang saya apresiasi dari dokternya, dia menjelaskan kondisi saya saat mau melahirkan. Seperti saat detak jantung buah hati saya sedikit tidak normal, tapi beliau dalam menjelaskan nya sangat hati-hati, dan dia memberikan ketenangan dalam hati bahwa semua baik-baik saja dan buah hati akan lahir dengan selamat dan sehat.

Saya percaya bukan karena dokter itu tapi karena saya percaya kepada Allah yang Maha Kuasa.

Semuanya sudah siap, para perawat dengan sigap merawat dan mempersiapkan semuanya. Sayapun merasa nyaman, karena memang ketika akan melahirkan apalagi dengan proses caesar selalu membuat perasaan deg-degan, walaupun ini operasi yang keempat tapi perasaan nya berbeda-beda, apalagi saat ini operasi nya resiko tinggi. Saya terus berdo'a agar semuanya dilancarkan.

Jarum infus dan selang oksigen sudah terpasang dan akhirnya saya pun diberi suntikan obat bius, setelah itu saya pun merasakan kebal di sebagian tubuh saya, walaupun begitu saya masih bisa mendengar para perawat dan dokter yang menangani saya berbicara, hanya saya tidak merasakan apa yang mereka lakukan di daerah perut saya. Dan saat itu saya pun tidak sadarkan diri, entah obat bius itu dicampur dengan obat tidur atau tidak, tapi pada saat itu saya tidak sadarkan diri.

Saya tersadar setelah proses operasi selesai dan saat itu sayapun menanyakan bayi saya. Perawat yang masih ada di ruangan pun memberitahu bahwa bayi saya sedang di observasi. Semoga bayi saya baik-baik saja.

Setelah operasi, dokter menghampiri dan mengucapkan selamat atas kelahiran bayi saya. Dan dia menjelaskan proses persalinannya yang ternyata sangat sulit dilakukan. Tapi beliau bilang, kami tim dokter berusaha mengeluarkan bayinya dan ternyata bayinya saat keluar tidak menangis dan sebab itulah bayinya di observasi di ruangan NiCU.

Sebenarnya saat itu perasaan saya hancur, tapi dokter yang membuat saya kuat, beliau selalu mendampingi ketika itu. Dan beliau memberikan harapan bahwa bayi saya akan sehat.

Iya, bayi saya harus masuk NiCU karena mengalami gagal nafas atau dia mengidap pneumothorax yaitu kondisi dimana ada udara di paru-paru nya. 

Perawatan yang bayi saya dapatkan sangatlah baik. Semua suster perawat menjaga bayi dengan baik. Ini pertama kali nya saya berada di NiCu dan melihat bayi saya terbaring lemah di inkubator.

Ketika saya menjenguknya, perawat sangat telaten merawat nya, dan mereka juga sangat memperhatikan perasaan saya. Mereka tahu apa yang saya rasakan ketika melihat bayi di NiCu dengan selang yang terpasang di mana-mana. Mereka menguatkan saya, mereka memberikan dukungan, mereka bilang bahwa saya tidak boleh bersedih, saya harus tetap bahagia karena itu akan mempengaruhi ASI saya. Karena kalau ASI tidak keluar maka bayinya tidak bisa dapat ASI, padahal ASI sangat bermanfaat bagi bayinya pada saat itu, perawat bilang bahwa ASI adalah antibodi alami yang akan dibentuk oleh bayi dan itu sangat membantu mempercepat pemulihan bayi saya.

Memang itulah yang saya butuhkan saat itu, dukungan dan semangat. Dan perawat-perawat yang ada di ruangan NICU lah yang selalu memberikan dukungan. Selain itu juga dokter yang menangani bayi saya sangat bekerja dengan baik sehingga saya pun merasakan nyaman. Penjelasan yang sangat detail tentang penyakit yang diidap bayi saya kemudian obat apa yang diberikan sampai perawatan yang dibutuhkan oleh bayi sehingga saya mengetahui kondisi setiap saat bayinya.

Dan akhirnya selama 20 hari dirawat di NICu bayi saya boleh pulang. Dengan kondisi yang Alhamdulillah sudah membaik, dia sudah bisa bernafas secara alami. Dan itu adalah anugerah terindah. Saya bisa menggendongnya dan memberikan ASI langsung kepadanya.

Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada para dokter dan perawat yang menangani saya ketika melahirkan dan saat menangani bayi saat di NICU. Itulah pekerjaan mereka, dibalik semua pekerjaan yang mereka lakukan, mereka merasakan apa yang pasien rasakan. Sehingga mereka akan selalu memberikan dukungan dan semangat bagi para pasien nya. 

Saya ingat kata-kata salah satu perawat saat saya akan pulang dari rumah sakit tanpa membawa bayi saya. Ketika itu saya berada di NICu sambil melihat bayinya yang terbaring di inkubator, kemudian perawat itu bilang " jangan sedih Bu, insya Allah dede baik-baik saja, ibu harus tetap semangat, jangan terlalu banyak pikiran, agar ASI nya bisa keluar, kami disini akan selalu menjaga dede, nanti kalau ada apa-apa akan kami hubungi ibu" seketika itu pula saya menangis dan berharap memeluk bayi saya.

Penutup

Itulah sedikit perjalanan saya menghadapi para tenaga kesehatan yang menangani saya dan bayi saya. 

Tugas mereka adalah melayani pasien nya. Tidak kenal lelah memberikan dukungan dan semangat agar pasien nya bisa cepat sembuh dan pulih kembali. Tidak ada alasan untuk memaki mereka, mencibir mereka karena pelayanan yang tidak baik. Mereka juga manusia, mereka pasti lelah bekerja dan wajar kalau mereka ada kesalahan.

Sebagai pasien itulah yang harus diingat, walaupun ada hak kita untuk terus menanyakan kondisi pasien, obat apa yang diberikan, kemudian perawatan apa yang diberikan juga, tapi itu semua harus dilakukan dengan baik, agar semuanya bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.

Alhamdulillah

-wie-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Idul Adha 1443H Bismillah Halo apa kabar sahabat semua? Semoga sahabat senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT. ...